Guru Dan 4 Muridnya - "Ooh.., nikmat, Sayang!"
"Kalau diremas seperti ini, nikmat nggak?" tanya gadis itu sambil meremas biji kemaluan Theo.
"Ooh, ya, ya!" sahut Theo sambil meletakkan kedua belah telapak tangannya di atas kepala gadis itu.
Lalu
dengan tarikan yang sangat lembut, ia menarik kepala itu agar semakin
mendekat ke batang kemaluannya. Debby tidak menolak tarikan lembut di
kepalanya karena batang kemaluan itu terlihat sangat indah dan menarik.
Ia pun dapat merasakan batang kemaluan itu berdenyut di telapak
tangannya, seperti bernafas. Ada sensasi yang mulai menggelitiki
saraf-saraf birahi di sekujur tubuhnya ketika ia mengamati batang
kemaluan itu. Sensasi itu membuat ia tak menyadari bahwa batang kemaluan
yang digenggamnya hanya tinggal berjarak kira-kira 20 cm dari mulutnya.
"Theo, ada sedikit pipis di lubang ini."
"Bukan pipis sayang. Itu lendir enak."
"Enak?"
"Ya, enak!" jawab Theo sambil memegang jari jempol yang baru saja mengusap-usap lubang kemaluannya.
"Coba deh dicicipi," sambungnya.
"Hmm.." gumam Debby ketika menjilat ujung jarinya.
"Enak 'kan?!"
"Enak!"
"Cicipi lagi! Jangan pakai jari. Langsung pakai lidah!"
Debby
menengadah. Ia sangat ingin menyenangkan hati gurunya itu, tetapi
ragu-ragu untuk melaksanakannya. Sesaat, ia manatap bola mata lelaki
yang disayanginya itu. Dilihatnya binar-binar ketulusan cinta. Tak ada
tersirat niat untuk menyakiti. Lalu ia menunduk dan mendekatkan bibirnya
ke bagian tengah cendawan itu. Lidahnya terjulur dan ujungnya mengoles
sisa lendir yang masih tersisa. Sambil memejamkan mata, ia mencicipinya.
"Enak 'kan?!" Debby menengadah kembali. Ia mengangguk sambil tersenyum malu.
"Sekarang
dicium dan dijilat-jilat biar lendirnya keluar lagi! Dan jangan
terkejut kalau nanti tiba-tiba ada segumpal lendir yang muncrat ya,
Sayang."
Debby menunduk kembali, dan tanpa keraguan lagi
dikulumnya cendawan itu. Leher kemaluan itu dijepitnya dengan bibirnya
sambil mengoles-oleskan lidahnya.
Theo mendesah. Setelah
menghirup udara yang memenuhi rongga dadanya, ia menunduk. Matanya
berbinar menatap takjub. Nafasnya tertahan menatap seorang gadis belia
yang cantik dan seksi sedang berjongkok sambil menghisap-hisap dan
mengulum kepala batang kemaluannya. Darahnya mendidih menatap gadis yang
berjongkok dengan gaun bagian atas dan bawah bertumpuk terlipat-lipat
di pinggangnya yang ramping. Matanya nanar menatap buah dada yang belum
sepenuhnya mekar. Sejuta pesona ia rasakan melihat seorang gadis yang
sedang berjongkok di hadapannya dengan paha terkangkang. Indah sekali!
"Argh..,
aduuhh..!" desah Theo sambil menekan bagian belakang kepala gadis itu
lebih keras. Setengah batang kemaluan telah masuk ke dalam mulut mungil
itu.
Debby menengadah karena mendengar desahan itu. Ia merasa
khawatir karena giginya menggesek kulit kemaluan yang sedang dikulumnya.
Tapi lelaki yang telah memberinya kenikmatan itu ternyata hanya
meringis. Ia masih menengadah ketika merasakan lagi tekanan di bagian
belakang kepalanya, tekanan yang membuat ia menelan batang kemaluan itu
lebih dalam.
Theo mengusap-usap rambut gadis remaja itu.
Perlahan-lahan, ditariknya kemaluannya hingga hanya cendawan kemaluannya
yang masih tersisa. Dan dengan perlahan-lahan pula, didorongnya kembali
batang kemaluannya. Diulangnya gerakan itu beberapa kali sambil
mengamati bibir mungil yang melingkari batang kemaluannya. Setelah yakin
bahwa gadis itu telah terbiasa dengan gerakan batang kemaluannya,
tiba-tiba didorongnya lagi dengan keras hingga bibir mungil itu
menyentuh bulu-bulu di pangkal kemaluannya.
Debby terkejut.
Nafasnya terhenti sesaat. Ia tersendat karena ujung batang kemaluan itu
menyentuh kerongkongannya. Sebelum ia sempat meronta, dengan cepat
batang kemaluan itu telah bergerak mundur kembali.
"Nggak apa-apa 'kan sayang," kata Theo membujuk sambil mengusap-usap pipi gadis remaja itu.
Debby
ingin mengatakan 'jangan ulangi', tapi kata-kata itu tak terucapkan
karena cendawan itu masih tersisa di bibirnya. Ia menengadah. Sejenak
mereka saling tatap. Dan ia melihat sorot mata yang memancarkan
kenikmatan birahi, seolah memohon untuk dipuaskan.
Karena merasa
tak tega untuk menolak, kembali cendawan itu dihisapnya. Mungkin karena
aku belum terbiasa, katanya dalam hati. Akhirnya ia memutuskan untuk
memberi kenikmatan total. Kenikmatan sebesar kenikmatan yang telah ia
dapatkan. Bila mungkin, ia akan memberi melebihi dari apa yang telah ia
nikmati. Percintaan yang membara adalah percintaan yang pasrah dalam
memberi, bisik hatinya. Percintaan yang lebih mementingkan kenikmatan
pasangannya dari pada kenikmatan dirinya sendiri. Dan ia akan pasrah
memberi agar guru yang disayanginya itu dapat pula meraih puncak
kenikmatannya.
Lalu batang kemaluan itu dikeluarkannya dari
mulutnya. Ia ingin totalitas. Oleh karena itu, beberapa detik kemudian,
ia mulai menjilati batang kemaluan itu hingga ke pangkalnya. Bahkan
ujung lidahnya beberapa kali menyentuh biji kemaluan itu. Semakin sering
lidahnya menyentuh, semakin keras pula didengarnya dengusan nafas
lelaki yang disayanginya itu. Ketika merasakan jambakan lembut di
kepalanya, tanpa ragu, dihisap-hisapnya biji kemaluan itu.
Ia
semakin bersemangat karena merasakan erotisme yang luar biasa ketika
batang kemaluan itu menggesek-gesek ujung hidungnya. Ada sensasi yang
membakar pori-pori di sekujur tubuhnya ketika bulu-bulu di biji kemaluan
itu bergesekan dengan lidahnya! Gesekan itu merangsang lidahnya melata
ke arah bawah untuk mengecup dan menjilat-jilat celah sempit antara biji
kemaluan dan lubang dubur.
"Aarrgghh..!" desah Theo ketika merasakan lidah muridnya itu menjilat-jilat semakin liar.
Bahkan
ia mulai merasakan bibir gadis itu mulai mengisap-isap celah di dekat
lubang duburnya. Sangat dekat dengan lubang duburnya! Dan sesaat ia
berhenti bernafas ketika merasakan ujung lidah gadis itu akhirnya
menyentuh lubang duburnya. Ia menggigil merasakan nikmat yang mengalir
dari ujung lidah itu. Nikmat yang bahkan tidak pernah ia dapatkan dari
isterinya.
Sebelumnya ia tidak pernah merasakan lidah menyentuh
lubang duburnya. Apalagi lidah seorang gadis remaja yang cantik dan
seksi. Matanya terbeliak ketika merasakan tangan gadis itu membuka
lipatan daging di antara bongkah pantatnya. Hanya bagian putih di bola
matanya yang terlihat ketika ia meresapi nikmatnya lidah gadis itu saat
menyentuh lubang duburnya.
"Oorgh.., aarrgghh.. Nikmat, Sayang!" desah Theo sambil menggerakkan pinggulnya menghindari jilatan-jilatan di duburnya.
Ia
sudah tak kuat menahan kenikmatan yang mendera tubuhnya. Cendawan
batang kemaluannya sudah membengkak. Lalu ia mengarahkan batang
kemaluannya ke mulut gadis itu.
"Aku sudah tak tahan, Debby!!" sambungnya sambil menghunjamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya.
Debby
tersendat kembali ketika merasakan cendawan itu menyumbat
kerongkongannya. Tapi sudah tidak menyebabkan rasa mual seperti ketika
pertama kali tersendat. Dan ketika batang kemaluan itu bergerak mundur,
ia mengisap cendawannya dengan keras hingga terdengar bunyi 'slurp'.
Kedua telapak tangannya mengusap-usap bagian belakang paha lelaki itu.
Lalu
ia kembali menengadah. Mereka saling tatap ketika batang kemaluan itu
kembali menghunjam rongga mulutnya. Telapak tangannya ikut menekan
bagian belakang paha lelaki itu. Kepalanya ikut maju setiap kali batang
kemaluan itu menghunjam mulutnya. Ia merinding setiap kali ujung
cendawan itu menyentuh kerongkongannya.
"Aarrgghh.., Debby, aku sudah mau keluar. Mau pipis, aarrgghh..! Telan sayang. Telan lendir enaknya ya!"
"Hmm.." sahut gadis itu sambil mengangguk.
Theo
semakin tegang setelah melihat anggukan itu. Sendi-sendi tungkai
kakinya menjadi kaku. Nafasnya mengebu-gebu seperti seorang pelari
marathon. Sebelah tangannya menggenggam kepala gadis itu, dan yang
sebelah lagi menjambak. Pinggulnya bergerak seirama dengan tarikan dan
dorongan lengannya di kepala gadis itu. Hentakan-hentakan pinggulnya
membuat gadis itu terpaksa memejamkan matanya.
Batang kemaluannya
sudah menggembung. Lendir berwarna putih susu terasa bergerak dengan
cepat dari kantung biji kemaluannya. Ia berusaha untuk menahannya. Tapi
semakin ia berusaha, semakin besar tekanan yang menerobos saluran di
kemaluannya. Akhirnya ia meraung sambil menghunjamkan batang kemaluannya
sedalam-dalamnya. Berulang kali. Ditariknya, dan secepatnya dihunjamkan
kembali.
"Aarrgghh.., aduuh! Aarrgghh..!" raung Theo
sekeras-kerasnya ketika ia merasakan air maninya muncrat 'menembak'
kerongkongan gadis itu.
Sesaat ia merasa kejang. Dibiarkannya
batang kemaluannya terbenam. Tangannya mencengkeram kepala gadis itu
dengan keras karena tak ingin kepala itu meronta. Ia tak ingin kepala
itu terlepas ketika ia sedang berada pada puncak kenikmatannya.
Keinginan itu ternyata menjadi kenikmatan ekstra, yaitu kenikmatan
karena 'tembakannya' langsung masuk ke kerongkongan gadis itu.
'Tembakan' itu akan membuat kerongkongan itu agak tersendat sehingga air
maninya akan langsung tertelan. Setelah 'tembakan' pertama, ia masih
merasakan adanya tekanan air mani di saluran lubang kemaluannya. Maka
dengan cepat ia menarik batang kemaluannya, dan menghunjamkannya kembali
sambil 'menembak' untuk yang kedua kalinya.
"Hisap sayang, aarrgghh..! Aarrgghh..!"
Ditariknya
kembali batang kemaluannya. Tapi sebelum kembali menghunjamkannya, ia
merasakan gigitan di leher batang kemaluannya. Ia pun berkelojotan
ketika merasakan gigitan itu disertai kuluman lidah. 'Tembakan' kecil
masih terjadi beberapa kali ketika lidah gadis itu mengoles-oles lubang
kemaluannya.
"Ooh.., nikmatnya!" gumam Theo sambil membelai-belai
kedua belah pipi gadis itu. Belaian mesra yang mengalir dari lubuk
hatinya yang paling dalam. Belaian ungkapan kasih sayang dan tanda
terima kasih!
Sambil menengadah dan membuka kelopak matanya,
Debby terus mengulum dan menjilat-jilat. Tak ada lendir berwarna susu
yang mengalir dari sudut bibirnya. Tak ada setetes pun yang menempel di
dagunya. Dan tak ada pula lendir yang tersisa di cendawan kemaluan Theo!
Bersih. Semua ditelan! Gadis belia itu 'membayar' tuntas kenikmatan
yang ia dapatkan sebelumnya!
Tak lama kemudian, Theo
menghempaskan pinggulnya ke atas karpet. Ia merasa sangat lemas.
Lunglai. Ia tak mampu berdiri lebih lama lagi. Debby tersenyum puas. Ia
pun bangkit dari sofa, dan kemudian duduk di pangkuan Theo. Kedua belah
kakinya melingkari pinggang lelaki yang masih terengah-engah itu. Posisi
duduknya menyebabkan vaginanya bersentuhan dengan batang kemaluan yang
mulai mengkerut. Terasa hangat dan mesra.
"Puas?" tanya gadis itu.
"Puas banget!" jawab Theo.
"Enak lendirku?" sambungnya.
"Enak banget!"
"Mau lagi?"
"Ha?!" jawab Debby sambil mencubit pipi Theo dengan manja.
"Kapan-kapan ya, kita nabung dulu."
"Nabung apaan?"
"Nabung pipis!"
Dan
mereka serentak tertawa. Renyah. Lalu saling berangkulan dengan mesra.
Pipi mereka saling bersinggungan. Kedua belah tangan membelai-belai
punggung pasangannya. Kemudian masing-masing berbisik langsung ke
telinga pasangannya.
"Theo suka pipis Debby!"
"Debby suka pipis Theo!"
Rabu, 11 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar